Saturday, February 9, 2008

POLEMIK DENGAN BUDAYAWAN EMHA AINUN NADJIB

SAYANG TULISAN EMHA DIMUAT "SM"

H.D.P Sati Alimin, Payakumbuh.

Saya sungguh-sungguh kaget, membaca uraian Sdr Emha Ainun Najib (EAN) dalam S.M no 22/1978, dalam rubrik "Opini saya…..hal 4 dst, sebab/tulisan tsb jauh dari membawa pembaca kepada kemurnian Tauhid, pada hal S.M ini adalah majalah Tauhid!

Kalau tulisan itu dinuat oleh Pustaka misalnya, saya tidak akan begitu kaget, walaupun sepanjang yang saya baca, majalah Pustaka tak kurangnya juga mengajak kepada Tauhid.

Adalah sebagai bumi dengan langit, jauh beda isi dan maksud uraian Sdr EAN dengan uraian yth Ustadz H.A. Azhar Basyir M.A. misalnya, (S.M. No. 4 dan 5/1979) yang berjudul "Tauhid dan Syirk" dipandang dari Ajaran Islam itu sendiri.

Kita yang telah dengan susah-payah dan dengan segala macam pengurbanan, materiil dan immateriil berusaha membersihkan kepercayaan Ummat kita, yang disebut ummat Islam Indonesia ini, agar kembali kepada Tauhid yang murni, yang dimulai semenjak puluhan tahun yl, antaranya oleh Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad dan lain-lainnya, yang sampai sekarang walaupun telah puluhan tahun, masih belum memperlihatkan hasil 10% tiba-tiba dengan tulisan Sdr EAN kita dibawa mundur kembali ke zaman pra-Kyai Karim Amrullah dan lain-lain Ulama besar kita! Pada hal
Dengan tidak adanya tulisan semacam itupun toh sudah sangat sukar menegakkan Tauhid, apalagi dengan diberi angin seperti uraian Sdr EAN itu, ya….malah ke-syirk-an itu tentunya akan bertambah subur di kalangan ummat kita yang mengaku ber-Agama Islam, tapi masih menampakkan kesyirk-an dalam segala macam corak dan manifestasinya. Sayang sekali!,;

Akan dikategorikan uraian Sdr EAN itu "ilmiah", tidak tepat pula, sebab tulisan ini terlepas dari "Sains dan "Tehnologi" sebagai dimaksud uraian yth Bapak Ir.R.H. Ahmad Sahirul Alim MSc sebagai dimuat S.M. No. 24/1978. Jadi akan dikategorikan kemanakah uraian Sdr EAN itu?

Kalau dari Iman-Islam ia terlepas, dari Ilmiah ia terlepas, paling-paling ia harus dikategorikan maasuk "Ilmu Gaib", yang dalam hal ini saya sependapat dengan Pak Sahirul Alim yang merumuskan: ,,Segala sesuatu yang lain, yang terletak di luar 3 golongan ilmu di atas, berarti bukan ilmu yang dibenarkan kita (maksudnya: kita orang ber-Iman-HDPSA) mengamalkannya (S.M. no 24/1978 hal 27 kol ll).

Tapi saya juga tidak dapat menerima, uraian itu tertuju kepada "Ilmu Gaaib", sebab Sdr EAN dalam tulisannya itu hanya menerawang, yang dalam istilahnya sendiri disebutnya: remang-remang, jadi sesuatu yang buyar, yaang tidak berguna! Atau setidaknya membuang waktu….!

Saya pribadi, paling-paling hanya bisa menamakan uraian Sdr EAN-itu suatu kira-kiraan sendiri, yaang tidak dapat dipertanggung-jawabkan, dan sangat berbahaya bagi ketegakan dan kesuburan Faham tauhid di Indonesia kita ini.:

Di sini saya ingin menyalinkan beberapa passage, agar semua dapat menimbang uraian Sdr EAN tsb: (kita salin penu, lihat no 1 s/d no 6 di bawah).

1. Pak Kerto jatuh sakit sesudah menebang sebatang pohon yang angker di desa Majalegi.

2. Drs Husein Ahmad mengemukakan sakitnya Pak Kerto tsb, mungkin disebabkan karena dipohon itu memang terdapat roh halus. Ditemapt yang ada roh halus kalau kita mengencinginya, mungkin saja kita bisa menjadi sakit karenanya.

3. Saya lebih berpendapat Pak Kerto jatuh, karena ia telah melanggar harmoni-alam yang diciptakan Allah.

4. Secara semestawi wajar (baca: wajar-hdpsa) sekali. Pak Kerto menjadi sakit karenanya. Jaadi mungkin (baca : mungkin-hdpsa) saja, memang Allah yang membuatnya jatuh saakit, tapi dengan sebab pelaanggaran itu (Apakah berhadapan dengan semestawi layak disebutkan "wajar", sedangkan berhadapan dengan kekuasaan yang Mutlak, Allah saw kita memakai kaata "mungkin"?! - hdpsa).

5. Apa sebabnya Candi Prambanan atau Borobudur itu dulu didirikan disitu, dan kenapa tidak lebih ke utara 25 meter umpamanya………..Apakah pendiri Borobudur itu telah memiliki ilmu dan pikiran tentang kekekalan tanah dlsb, sehingga mereka seolah-olah tahu betul bahwa keadaan tanah tsb akan tetap stabil (?hdpsa), tak kena gempa atau bencana alam dst (?? Apakah stabil dan tak kena gempa ini akan seterusnya, saampai berani Sdr EAN menjadikannya sebagai daalil??-hdpsa).

6. Kenapa Gunung Merapi terletak di utara situ? Kenapa ditakdirkan ada Idi Amin di muka bumi ini? Kenapa Sokrates tak dilahirkan jadi orang Indonesia? Kenapa dulu Islam itu diturunkan di negeri Arab, tidak di Cirebon saja? Tentu ada semacam kodrat dasar yang sengaja ditelorkan oleh iradah Allah. (Demikian pertanyaan-pertanyaan yang mendesak kalbu Sdr EAN).

Membaca pertanyaan yang timbul dalam dada Sdr EAN tsb, saya jadi ingat cerita nenek, yang dulu biasa ngomong menidurkan saya, yaitu kisah seekor kumbang, yang karena merasa punya sayap, lantas dengan sombongnya hendak menaklukkan matahari, lantaran ia merasa kegerahan kaarena panas. Si kumbang terbang tinggi, -tinggi, - tinggi menuju matahari, tapi tidak lama ia jatuh mati kecapean, walaupun ia belum sampai 1000 meter pisah dari bumi. Inilah yang teringat oleh saya membaca tulisan Sdr EAN itu!

Saya berpendapat, sebaaiknyalah kita berdoa agar pertanyaan yang "kelewatan-ilmiah" demikian, dijauhkan Allah-lah hendaknya dari hati kita, dan diganti-Nya, dengan rasa ,,Tadharru'an wa khuf-yatan" (a.l Quran Vll: 55) dalam jiwa kita, sebab kita sama mendengar nasib Bani Israil yang bertanya kepada Nabi Musa, tidak sampai "seilmiah" tinggi begitu, hanya sekedar menanyakan sapi yang bagaimana, yang warna apa, dipakai untuk apa!…..saja, )Q. ll: 67-71), lagi sudah dicerca oleh Allah, apatah lagi koq saampai kita bertanya, macam pertanyaan Sdr EAN diatas, yaang tidak ada manfaatnya sedikitpun jua,na'uudzubi'Llahi mindzalik!

Sama dimaklumi Agama Islam, ialah Kepercayaan kepada Allah yang semurni-murninya, daalam arti jalan-jalan yang memberi peluang kepada kurang-murninya, atau menyinggung Kesucian/Keagungan/Kemulian Allah, walau sebesar atom pun
Sekaali, atau lebih halus dari atom, harus itu dijauhi, sebab kalau peluang macam kita dilayani, pasti peluang yang demikian laisa minal-Islam!***