Monday, September 3, 2007

Sosok Seorang Ayah


GURUKU D.P. SATI ALIMIN (Menyongsong Peringatan Hardiknas 2 Mei 2002)

Pada tahun 1941, ketika Pemerintahan Hindia Belanda (Indonesia) menghadapi perang menghadapi Jepang, sekolah kami Sekolah Rakyat tujuh tahun (nama resmi Belanda itu adalah: H.I.S (Holands Inlandse School) mendapatkan seorang guru baru untuk pelajaran Bahasa Melayu (Belanda malah melarang pemakaian kata Bahasa Indonesia). Beliau adalah satu-satunya guru yang berbahasa Indonesia (Melayu) dengan kami. Guru-guru lainnya, ada yang memang berbangsa Belanda, selalu memakai bahasa Belanda. Bahasa pengantar untuk belajar memang bahasa Belanda. Air mukanya selalu seperti tersenyum dan beliau amat ramah dengan murid-murid. Pak Alimin baru lulus sekolah guru, yang ketika itu disebut Normaal School,yg artinya Sekolah Normaal. Akan tetapi lulusan sekolah Normaal itu amat terkenal untuk mengajar di sekolah dasar. Setahu saya di Sumatera Barat waktu itu hanya ada satu Sekolah Normaal, yaitu di Padang Panjang. Pak Alimin mengajar di kelas lima, kelas yg saya sedang berada. Karena beliau satu-satunya guru bahasa Melayu, maka beliau juga mengajar dikelas enam dan kelas tujuh. Apa yg begitu menarik bagi kami para muridnya waktu itu tentang sosok Pak Alimin ini? Ialah cara beliau mengajarkan bahasa Melayu, dan materi yg dikaitkannya dengan pelajaran bahasa Melayu itu. Dalam mengajarkan bahasa Melayu, Pak Alimin selalu menjalinkannya dengan sari-sari keimanan dan taqwa dalam agama Islam.

Prof. Dr. Busthanul Arifin, S.H.
Mantan Ketua Muda
Mahkamah Agung RI.


No comments: